E-Business Strategy dan Alignment For The Enterprise Business Model

Artikel ini adalah untuk memberikan sebuah gambaran dan struktur terhadap penanganan proses-proses enterprise dan pemodelannya, pentingnya supply chain management dalam sebuah model bisnis, CRM sebagai sebuah value dan penyelarasan (alignment). Pada dasarnya pembuatan enterprise model bertujuan untuk membuat suatu standarisasi dan panduan untuk mencapai visi dan misi organisasi atau badan usaha dan bisnis sehingga menjaga agar enterprise model yang telah ditetapkan akan selalu menjadi acuan organisasi yang sangat penting dilakukan.
Dalam mengimplementasikan enterprise model pada suatu organisasi aspek-aspek yang ada pada  enterprise model harus selalu menjadi perhatian. Dalam menggunakan dan mengelola  enterprise bisnis model, kita harus tetap memastikan bahwa enterprise model tersebut telah selaras dan dapat menangani perubahan. Dalam  melakukan kedua hal tersebut ada resiko yang perlu dikelola penanganannya
Definisi dari Enterprise business architecture ada bermacam-macam pada setiap organisasi maupun literatur. Definisi Enterprise architecture dari  Federal CIO Council pada September 1999 memecah terminology enterprise dan architecture. Enterprise didefinisikan sebagai organisasi yang mendukung skop bisnis dan misi. Di dalam enterprise termasuk resource-resource yang saling bergantung satu sama lain (orang, organisasi, dan teknologi) dimana resource- resource tersebut harus saling mengkoordinasikan fungsinya dan berbagi informasi untuk mendukung misi secara umum atau kumpulan dari misi. Sedangkan terminologi  architecture adalah struktur dari komponen-komponen termasuk di dalamnya  interrelationship, prinsip-prinsip, panduan, aturan mengenai desain dan evolusi.
Dari terminologi tersebut Enterprise architecture dapat didefinisikan sebagai strategi informasi berbasis aset yang mendefinisikan misi, kebutuhan informasi-informasi untuk mewujudkan misi, dan proses transisional untuk mengimplementasikan teknologi baru dalam menjawab perubahan-perubahan misi yang dibutuhkan. Enterprise architecture termasuk  baseline architecture, target architecture, dan sequencing plan.
Pada umumnya alasan pengembangan enterprise architecture sebagai berikut:
·         Alignment, memastikan implementasi pada enterprise sesuai dengan keinginan dari manajemen.
·         Integration, merealisasikan bahwa business rule selalu konsisten, data yang digunakan tetap,  interface dan aliran informasi terstandarisasi, dan konektifitas serta interoperabilitas dipelihara dengan baik di dalam enterprise.
·         Change, memfasilitasi dan memelihara perubahan terhadap aspek-aspek pada enterprise.
·         Time-to-Market, mengurangi  system development, application generation, modernisasi timeframe, dan  resource requirement.
·         Convergence, berusaha terarah terhadap standar IT produk portfolio yang terdapat dalam Technical Reference Model (TRM).
Pada contoh berikut, saya mencoba untuk membuat pemaparan dengan studi kasus PT. Bayang Tyres sebagai contoh, dimana contoh kasus PT. Bayang Tyres juga telah digunakan sebelumnya dalam topik Artikel Scope Sistem Informasi Enterprise Business dan kali ini saya akan mencoba mencoba menyelaraskan (Alignment) sistem informasi terpadu antara proses internal perusahaan dengan proses supply chain management sehingga menjadi satu kesatuan yang terintegrasi untuk mendukung proses bisnis dalam skala enterprise. PT. Bayang Tyres memiliki sebuah system yang saling terintegrasi antara Sales dan Marketing, Finance dan Accounting, HRD serta bagian Order dan Distribution, yang secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Konsep Supply Chain Management memperlihatkan adanya proses ketergantungan antara berbagai perusahaan yang terkait di dalam sebuah sistem bisnis. Semakin banyak perusahaan yang terlibat dalam rantai tersebut akan semakin kompleks strategi pengelolaan yang perlu dibangun.
Jika diperhatikan dengan seksama, di dalam sebuah perusahaan ada tiga aliran entiti yang harus dikelola secara baik:
·         Aliran Produk dan Jasa (the Flow of Products and Services)
·         Aliran Uang (the Flow of Money)
·         Aliran Dokumen (the Flow of Documents)

Supply Chain Management Systems  merupakan  sistem yang mengkoordinasikan segala aktivitas  perusahaan  mulai dari  pemesanan barang dari supllier (PT. BRIDGESTONE) , pengelolaan  inventory,  sampai pada distribusi barang kepada para  customer (retailer). Secara sederhana, SCM dari PT. Brigestone sendiri dapat digambarkan sebagai berikut:


Kegiatan pasokan dan pemesanan barang dalam supply chain management system atau adalah suatu kegiatan yang sudah termasuk ke dalam perencanaan kegiatan pasokan barang atau alur pemesanan/pasokan barang dari dan ke distributor, supplier, customer dan end user ataupun sering disebut dengan istilah Supply chain planning and execution system capabilities yang memiliki beberapa criteria seperti:
  1. ORDER PLANNINGMerencanakan pemesanan ke supllier berdasarkan tingkat kebutuhan customer
  2. ADVANCED SCHEDULING: pengkoordinasian jadwal berdasarakan order dari customer
  3. DEMAND PLANNING: membuat perkiraan permintaan/kebutuhan pelanggan menggunakan tool statistik dan teknik perkiraan
  4. DISTRIBUTION PLANNING: membuat rencana pemenuhan order customer berdasarkan input dari permintaan customer
  5. TRANSPORTATION PLANNING: merencanakan transportasi pengiriman berdasarkan tujuan pengiriman, jadwal dan jumlah pesanan customer
  6. REPLENISHMENT: pengkoordinasian antara jumlah order ke supplier dan order dari customer sehingga gudang dalam kondisi terisi (tidak lebih dan tidak kurang)
  7. REVERSED DISTRIBUTION: tracking shipment dan accounting untuk barang-barang yang diretur oleh customer


Menurut Simchi-Levi (2002), SCM adalah suatu kumpulan pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan secara efisien antara pemasok, perusahaan manufaktur, pergudangan, dan toko, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan pada kuantitas, lokasi, dan waktu yang benar, untuk meminimumkan biaya-biaya pada kondisi yang memuaskan kebutuhan tingkat pelayanan. 
Menurut Lambert et. al dalam Croxton (2001), proses-proses bisnis dalam SCM terdiri atas delapan bagian yang meliputi: manajemen hubungan pelanggan, manajemen pelayanan pelanggan, manajemen permintaan, pemenuhan pesanan, manajemen aliran manufaktur, manajemen hubungan pemasok, pengembangan dan komersialisasi produk, dan manajemen pengembalian (return management), dan kriteria SCM di atas dimiliki oleh PT. Bayang Tyres seperti ditunjukkan pada gambar.


Saat ini PT. Bayang Tyres masih menggunakan jaringan lokal untuk proses bisnis perusahaan, dan untuk proses bisnis di luar intern perusahaan masih dilakukan dengan cara konvensional dimana untuk proses pemesanan barang dengan supplier (PT. Bridgestone) masih menggunakan order dengan telepon, ataupun dengan surat pemesanan (P.O) melalui kurir. Demikian juga sebaliknya apabila ada customer dari PT. Bayang Tyres yang hendak memesan barang, maka customer harus melakukan pembelian dengan mendatangi secara langsung ke kantor dan gudang PT. Bayang Tyres ataupun dengan melakukan pemesanan melalui telepon. 
Kendala yang sering terjadi pada proses konvensial ini adalah kendala pada system pembayaran dan juga pada proses pemesanan dan pengiriman barang terutama yang dari luar kota Yogyakarta. Bahkan dalam kegiatan organisasi intern perusahaan juga masih belum terintegrasi sepenuhnya antara bagian order management, inventory dan purchasing, seperti yang digambarkan pada gambar berikut:


Garis putus-putus pada gambar di atas melambangkan kegiatan yang masih belum secara langsung dapat terhubung terhadap kegiatan organisasi dan proses bisnis PT. Bayang Tyres. Hal tersebut menjadi hal yang sangat perlu untuk diperhatikan mengingat hubungan antara perusahaan dengan customer yang harus selalu dijaga di mana perusahaan tidak akan bisa berkembang jika tidak menjaga hubungan baik dengan customer , dan customer biasanya selalu mencari kemudahan dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukannya dengan setiap distributor ataupun suppliernya sendiri. 
Dalam hal ini PT. Bayang Tyres membuat sebuah desain bisnis yang lebih memudahkan customernya dalam berhubungan dengan PT. Bayang Tyres sendiri sehingga secara langsung dapat berinteraksi dan menjaga hubungan dan proses penjualan serta akan meningkatkan profit untuk kedepannya.


CRM adalah merupakan business value bagi sebuah perusahaan yang menentukan kelangsungan hidup perusahaan. CRM memiliki banyak alasan untuk dijalankan antara lain:
·         Meningkatkan customer satisfaction
·         Mengurangi direct-marketing costs
·         Meningkatkan efektivitas marketing
·         Menurunkan costs  untuk customer acquisition dan retention
·         Meningkatkan sales revenues  dengan mengidentifikasi profitable customers
·         Mengurangi  churn rate: mengukur jumlah pelanggan yang berhenti menggunakan atau membeli produk, indikator penting untuk mengukur pertumbuhan dan penurunan jumlah pelanggan
Perhatian utama dari sebuah CRM berfokus kepada mengatur dan mengoptimalkan sebuah life cycle dari pelanggan. Customer life cycle adalah sebuah terminologi yang relevan dengan CRM dimana digambarkan progress atau tahapan perjalanan seseorang mulai dari ketika dia mempertimbangkan menjadi pelanggan, menggunakan produk hingga menjadi loyal terhadap produk yang dibelinya.
CRM adalah sebuah konsep. dan Implementasinya yang relatif sangat erat dengan teknologi membuat banyak orang  banyak yang terjebak mengasosiasikan CRM dengan teknologi seperti Software dan Teknologi Komunikasi dan CRM jelas sangat penting. Dengan menerapkan CRM sebuah bisnis bisa berharap untuk:
·         Meningkatkan kemampuan untuk menjaga pelanggan yang ada dan mengakuisisi pelanggan baru
·         Memaksimalkan customer life cycle
·         Meningkatkan customer service atau layanan pelanggan
Implementasi CRM akan lebih mudah jika digunakan teknologi yang tepat, dan di sini biasanya peran IT departement sangat besar dalam memilih teknologi yang akan diterapkan.  Tapi mohon agar sangat dipahami bahwa penerapan CRM bukan pekerjaan instalasi software CRM saja tetapi juga harus dipahami bahwa keberhasilan penerapan CRM  lebih banyak dipengaruhi oleh keinginan yang sungguh sungguh untuk meningkatkan “kemampuan melayani” pelanggan dan meningkatkan “kemampuan memahami” pelanggan dari pada teknologi itu sendiri.
Software CRM dibedakan menjadi tiga macam modul yang masing-masing memiliki kemampuan berikut:
  • SFA (Sales Force Automation)
ú  Meningkatkan produktivitas dengan fokus pada retailer (pelanggan lama) yang potensial
ú  Menyediakan prospek penjualan & kontak informasi
ú  Menyediakan informasi produk
ú  Menggabungkan informasi mengenai pembelian di masa lalu dari retailer tertentu
ú  Mempermudah bagian sales, marketing, dan delivery berbagi informasi tentang pelanggan dan prospek
ú  Meningkatkan efisiensi salesperson dalam memperoleh pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama
ú  Memiliki kemampuan sales forecasting, territory managamend dan team selling
  • Customer Service
ú  Modul Customer Service menyediakan informasi dan tools untuk meningkatkan efisiensi call centers, helpdesks, dan customer support staff
ú  Kemampuan call routing dari modul CS akan meningkatkan produktivitas, menghemat waktu transaksi, dan meningkatkan kualitas layanan, dan mengurangi service cost.
ú  Web-based self-service menyediakan informasi pendukung untuk pelanggan yang sedang meminta layanan informasi secara personalized
  • Marketing
ú  Memiliki kemampuan untuk menangkap data prospek dan pelanggan
ú  Menyediakan informasi produk dan layanan
ú  Melakukan qualifikasi untuk marketing yang disasar (target pasar)
ú  Melakukan scheduling dan tracking terhadap direct-marketing e-mail
ú  Menganalisa data marketing dan data pelanggan
ú  Mengidentifikasi pelanggan yang profitable dan unprofitable
ú  Mendesain layanan untuk memenuhi kebutuhan dan selera pelanggan
Seberapa jauh peran TI terhadap bisnis dan seberapa pentingnya TI terhadap bisnis, merupakan hal-hal yang mendefinisikan batas-batas pengembangan TI dalam sebuah organisasi bisnis. Sekedar sebagai sebuah business supporter, atau sebagai enabler, bahkan sebagai business driver.
Alasan kenapa PT. Bayang Tyres membutuhkan sebuah infrastruktur TI yang adaptif adalah karena banyaknya perubahan yang terjadi di dalam proses bisnis dan semuanya itu memerlukan teknologi sebagai pendukung untuk tetap menjaga kelangsungan PT. Bayang Tyres untuk tetap dapat menjaga hubungan dengan pelanggan dan PT. Brigdestone sebagai suppliernya dan dapat dengan tetap menjaga keselarasan antara cost dan profit yang dihasilkan dan dengan TI, proses bisnis tetap bisa mengantisipasi setiap hal yang dapat menjadi penghambat proses bisnis.

Secara kasar infrastruktur TI pada PT. Bayang Tyres telah terintegrasi antara internal perusahaan dalam mengelola perusahaan dengan pihak customer dan supplier seperti yang diperlihatkan pada gambar:


Fenoma yang menjadi masalah dalam penerapan strategy IT yang terstruktur dan terintegrasi pada PT. Bayang Tyres adalah terletak pada basis data. Basis data yang berbeda antara inventory dan sales menyebabkan akses data ke beberapa bagian menimbulkan masalah yang kerap terjadi salah satunya adalah perbedaan aplikasi dan platform yang digunakan pada masing-masing divisi.
Fenomena integrasi system informasi memunculkan sebuah inisiatif strategi yang berdasar pada keinginan berkolaborasi atau berkooperasi untuk menyusun sebuah sistem yang memiliki keunggulan baru dalam proses bisnis yang mendukung kegiatan PT. Bayang Tyres dalam kegiatan bisnis dengan SCM dan CRM.
Dengan itu maka dibuatlah sebuah system informasi dengan satu database dan platform yang saling berhubungan dengan setiap divisi yang disebut dengan Data resoures relationship dimana Data resoures relationship memiliki bagian-bagiannya sendiri sebagai satu entitas tersendiri yang saling terhubung atau disebut dengan Entity Relationship. Yang dapat digambarkan secara diagram seperti berikut:
Databases and Information Management
PT Bayang TYRES

Data Resources
q  Entitas
o   Retailer
§  id_retailer, password, nama_retailer, nama_jalan nama_kota,  telp, no_fax, kodepos, bank_account
o   Supplier, atributnya:
§  id_supplier, jalan, kota, bank_account, telp_supplier
o   Karyawan, atributnya :
§  id_karyawan, user_login, password, nama_jalan, nama_kota, jenis_kelamin, status, departement
o   Stok, atributnya:
§  id_ban, nama_ban, Jenis_ban, thn_produksi, jumlah, harga_unit,
o   Order, atributnya :
§  id_order, tgl_order, id_karyawan, id_retailer
o   Order Detail, atributnya :
§  id_order_detail, nama, nama_jalan, nama_kota, id_sched, jumlah, harga
o   Jadwal, atributnya :
§  id_jadwal, kode_order, tgl, waktu, tujuan, biaya_kirim

q  Relasi antar atribut
o   Have: relasi antara Retailer dan bank_account
o   Get : relasi antara Retailer dan Stok
o   Have: relasi antara karyawan dan stok
o   Ceck: relasi antara Karyawan dan stok
o   Make : relasi antara Retailer dan Order
o   Make : relasi antara Employee dan Order
o   Have : relasi antara Order dan Jadwal


Data resoures relationship

Entity Relationship Diagram (ERD)

Physical Data Model

Distributing Databases

Databases: The Intranet-Internet

  • Internal users mengakses database  melalui jaringan intranet menggunakan software browser intranet atau aplikasi
  • External users (customer/retailer) mengakses database internal melalui jaringan internet menggunakan web browser
Blogger Template by BlogTusts Sticky Widget by Kang Is Published by GBT.

No comments:

Post a Comment